Internet telah menjadi bagian hidup sehari-hari manusia
modern. Ia menjadi ritual wajib yang harus dilaksanakan untuk
menghabiskan hari. Pagi bukan Facebook dan game online, siang buka blog
dan website, malam beselancar search engine. Hati-hati, kecanduan!
Ini kebetulan hari Minggu. Dalam postingan kali ini, mohon maaf
rasanya jari susah diajak kompromi untuk menulis hal-hal yang spiritual.
Mungkin, karena tarikan magnet dunia benda yang luar biasa. Padahal, di
kepala ada banyak hal spiritual yang ingin disampaikan. Mungkin pula
karena kondisi tubuh yang agak lemes gara-gara masuk angin. Maka lebih
baik menulis tentang hal yang ringan. Sekedar tambahan sedikit informasi
tentang bagaimana seharusnya kita mensikapi internet.
Di kepala, terlintas banyak pikiran apakah itu kejadian-kejadian
berskala nasional yang baru terjadi maupun agenda pribadi: penangkapan
orang yang diduga gembong teroris Nurdin M. Top oleh Densus 88, wafatnya
penyair handal Si Burung Merak W.S. Rendra dan Mbah Surip, Kecelakaan
Pesawat, Lumpur Lapindo yang mengganas, kerja bakti di RT menyambut
tujuh belasan HUT RI, harus merampungkan dua pekerjaan sampingan,
siap-siap bekerja keras besok senin di kantor, rekreasi. Keluarga yang
ingin jalan-jalan menikmati hari Minggu dan seterusnya.
Semuanya tumplek blek di sel-sel otak… Semuanya akhirnya hanya jadi
pikiran. Tubuh agaknya malas diajak mengikuti agenda-agenda dunia yang
banyak itu. Akhirnya, ya seperti yang diketahui saya hanya duduk saja.
Saya mohon ijin ke anak isteri untuk tidak mampu mengantar mereka
jalan-jalan. Saya mohon ijin ke para tetangga tidak bisa ikut kerja
bakti bersih-bersih gorong-gorong air yang mampet, saya mohon ijin
kepada Tuhan hanya bisa melaksanakan ibadah dunia sesuai dengan
kemampuan saya. Mohon maaf.
Saya buka laptop dan internet. Rasanya kangen dengan para blogger
yang tetap bersemangat untuk nggayuh kawicaksanan. Di blog, kita juga
bisa bersilaturahim dengan cara berdiskusi mengeluarkan gagasan ide-ide
yang panjang dan mendalam. Di blog, kita bisa belajar untuk
mengungkapkan ide di kepala secara kreatif dengan bahasa yang mudah
dipahami dan sedikit agak ngawur tanpa khawatir diprotes oleh dosen. Ini
beda ketika kita bikin karya ilmiah, salah menggunakan kata, kalimat
dan bahasa maka dosen langsung mencoret. Di blog, salah menulis tidak
terlalu beresiko kecuali bila kita melanggar semacam katakanlah etika,
unggah ungguh, sopan santun. Di blog, ada kebebasan mengekspresikan
gagasan dan pembelajaran kreatif.
Di era informasi seperti sekarang, kita semua dimudahkan untuk
mencari pengetahuan. Tidak hanya mencari pengetahuan, namun juga ikut
berpartisipasi menyumbangkan pengetahuan entah itu hasil perenungan
sederhana sehari-hari, perenungan olah rasa setelah mendapat wangsit,
hasil analisa yang njlimet, hasil penelitian yang menambah
perbendaharaan ilmu pengetahuan, dan seterusnya.
Ada pula kebiasaan baru dari perkembangan era komunikasi internet.
Yaitu kehadiran facebook. Kehadiran facebook, kita tahu semakin membuat
seseorang mudah berbagi ide, gagasan singkat dan interaktif.
Komentar-komentar pun bermunculan, cukup menarik. Facebook mewabah di
hampir semua kalangan usia dan profesi. Sayangnya facebook hanya bisa
dijejali dengan pesan-pesan pendek singkat, chatting yang bisa jadi
apus-apus, munafik dan dangkal sehingga tidak membuat kita beranjak
dewasa dengan perenungan yang mendalam, intens dan kaya.
Ada lagi yang dampak internet yang lebih negatif dibanding facebook,
yaitu game online. Di banyak warnet, para pelajar malah banyak yang
bolos sekolah hanya untuk main game online. Ini tentu saja harus
dipikirkan bersama, bagaimana solusinya agar internet bisa dikembalikan
ke fungsinya yang benar. Warnet-warnet penuh dengan pelajar main game
online, handphone khusus untuk berfacebook semakin banyak, pelayan jasa
telekomunikasi kebanjiran untung. Satu penyakit baru muncul yaitu:
KECANDUAN INTERNET.
Penyakit ini mungkin belum banyak disadari oleh kita yang tinggal di
Indonesia. Di China lain lagi. Akibat semakin banyaknya pengguna
internet dan kebiasaan berinternet tanpa mengenal waktu, maka
didirikanlah KLINIK BAGI PECANDU INTERNET. Konon, semakin banyak orang
yang sakit gara-gara internetan tanpa mengenal waktu. Duduk lama di
depan komputer, mata kelelahan melihat layar komputer, kurang gerak
tubuh, mengkonsumsi makanan dan minuman cepat saji mengakibatkan derajat
kesehatan badan dan kesehatan pikiran menurun drastis.
Internet adalah dunia ide yang awalnya sebagai alat tukar menukar
informasi dalam jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat di tahun 1969, melalui proyek yang disebut
ARPANET (Advanced Research Project Agency Network). Mereka
mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang
berbasis UNIX, bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak
terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk
jaringan informasi yang dapat dipindahkan, dan akhirnya semua standar
yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang
sekarang dikenal sebagai Internet Protocol.
Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer.
Pada saat itu Departemen Pertahanan (US Department of Defense) membuat
sistem jaringan komputer dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah
untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk
menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang
dapat mudah dihancurkan. Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4
situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California,
Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu
jaringan terpadu. Meski sudah dimulai sejak 1969, secara umum ARPANET
diperkenalkan pada bulan Oktober 1972.
Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah,
dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga
membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya. Oleh sebab itu ARPANET
dipecah manjadi dua, yaitu “MILNET” untuk keperluan militer dan
“ARPANET” baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti,
universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan
nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet.
Yang perlu digarisbawahi adalah, internet bukanlah dunia
sesungguhnya. Internet adalah wahana tukar menukar informasi, ide atau
gagasan. Tidak lebih. Menjadikan internet sebagai wahana mencari hiburan
hingga membuatnya kecanduan, bisa membuat kita tenggelam dalam hidup
yang main-main belaka. Resikonya ada, yaitu membuat kita kekurangan
waktu untuk menikmati hidup aktual, menikmati kehangatan sapaan
komunikasi dengan keluarga, dan menikmati sapaan alam.
Dulu, setiap potong informasi harus dicari di
perpustakaan-perpustakaan. Orang harus berjalan kaki ke gedung
perpustakaan, mendaftar jadi anggota, dan melongok-longok kemudian
mengambil buku yang diinginkan. Itu pun belum tentu mendapatkan potongan
informasi yang dicari. Kini? Hanya tinggal masuk ke search engine,
mengetik kata yang diinginkan maka dalam hitungan beberapa kejap mata
search engine akan memunculkan ribuan potong informasi yang kita
inginkan. Luar biasa cepat.
Sama seperti kehadiran remote televisi. Tanpa remote, kita harus
berdiri dari tempat duduk, berjalan dan ke arah televisi untuk mencari
stasiun televisi yang dibutuhkan. Ada tenaga yang dikeluarkan. Ada
keringat yang keluar. Berarti tubuh tetap bergerak dan berolah raga.
Dengan adanya remote, kita bisa sambil tiduran atau duduk manis dengan
memencet tombol remote. Namun tubuh tidak bergerak dan tidak ada olah
raga. Nah, dari dua kebiasaan: memakai remote dan tanpa remote, sehat
yang mana dampaknya pada tubuh biologis kita?
Sekali lagi. Setiap hal pasti ada dampak baik buruknya. Ada dampak
yang harus ditanggung akibat kemudahan itu. Kemudahan mencari informasi
di internet membuat setiap potong informasi yang harusnya sangat
berharga menjadi seakan tidak bernilai. Dengan tidak lagi susah berjuang
untuk memperoleh informasi. orang menjadi malas, rapuh dan manja.
Bertambahnya informasi dan banyaknya pengetahuan di kepala tidak serta
merta membuat kita semakin bijaksana. Tidak ada jaminan orang yang
pengetahuannya banyak, naluri kemanusiaannya juga serta-merta meningkat.
Menolong orang lain, memberikan harta benda untuk kemanfaatan
masyarakat tidak serta merta harus dibarengi dengan banyaknya informasi
yang mengumpul di otak. Justeru terkadang, naluri kemanusiaan hidup pada
mereka yang sedikit informasi, miskin dan terbelakang pengetahuannya.
Hidup yang tidak mampu menghayati proses perjuangan adalah hidup yang
instan dan terasa cepat. Orientasi orang bukan lagi bagaimana menikmati
proses, namun bagaimana mendapatkan hasil secepatnya. Bila hasil sudah
diperoleh, maka dia akan mencari hasil-hasil lain. Orang tidak pernah
mampu puas dengan satu hasil saja. Dia akan mencari hasil lain yang
lebih besar. Hingga akhirnya waktu hidup kita habis dalam
perbandingan-perbandingan serta pencarian-pencarian yang tiada berujung
pangkal.
Berorientasi pada hasil, bukannya tidak baik. Baik-baik saja asalkan
proses dilalui dengan sabar dan benar. Mengorientasikan diri hanya pada
hasil tanpa melihat prosesnya, membuat derajat kemanusiaannya menurun ke
tingkat binatang. Binatang tidak perlu memikirkan bagaimana mendapatkan
makanan dengan cara yang halal, baik dan bijak. Binatang hanya mengerti
bagaimana makanan diraih secepatnya.
Ya begitulah, daripada ritual internetan terus tanpa mengenal waktu
mending hidup yang aktual: melaksanakan ritual sholat wajib bersama mbah
Bejo atau ritual meditasi diam bersama Ki Atmodjo, atau ritual melihat
langit, matahari atau bulan khusyuk yang lama bersama mas Sasongko.
Membuka rasa sejati untuk bertemu, bertamu dan berkomunikasi dengan
Gusti, mengheningkan cipta, menyatukan rasa sejati kita kepada
iradat-Nya.